Jumat, 24 Juli 2009

Hidayah Menuju Shirathalmustaqim

Dalam tulisan sebelumnya tentang “Pengertian Shirathalmustaqim”, telah dijelaskan bahwa, di antara makna shirathalmustaqim adalah Islam. Lalu kemudian timbul sebuah pertanyaan, mengapa kita yang sudah menjadi orang-orang Islam, masih saja diperintahkan untuk terus memohon shirathalmustaqim (seperti dalam setiap sholat kita), bahkan sampai akhir hidup kita? Bukankah kita sudah dan telah mendapatkannya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu menyimak hal-hal berikut:

Arti Hidayah

Dalam ayat-ayat al-Qur’an, hidayah mempunyai dua sisi arti dari satu arti, yaitu:

1. Hidayah dalam arti “ilmu”.

Pada hakikatnya substansi kata-kata hidayah adalah “ilmu”. Yaitu ilmu yang benar yang menuntun seseorang menuju shirathalmustaqim dan memandunya untuk meniti jalan tersebut.

Ilmu ini berasal dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan diberikan kepada hamba-hamba-Nya melalui para rosul-Nya. Kemudian disebarkan kepada seluruh umat manusia oleh para pewaris kenabian, yaitu para ‘ulama, bahkan siapa saja yang memiliki bagian dari ilmu yang dibawa oleh para nabi, mampu “memberikan” hidayah ini, sebatas ilmu yang mereka miliki.

Jadi hidayah dalam arti ilmu bisa dituntut dari para rosul, para ‘ulama dan siapa saja yang memilikinya.

Ilmu yang dimaksud adalah “ilmu tentang apa-apa yang harus kita percayai dan kita amalkan, serta apa-apa yang harus kita ingkari dan kita tinggalkan untuk mendapat keridhoan Alloh Subhanahu wa Ta’ala”.

Hidayah seperti ini dinamakan pula hidayatuddilalah. Tetapi pemberian hidayah ini oleh mereka yang memilikinya hanya sampai pada tahap “penyampaian” saja.

y7¯RÎ)ur üÏöktJs9 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡B

“…Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi hidayah (petunjuk) kepada shirathalmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. asy-Syuuroo (42): 52]

Hidayah yang dimaksud dalam ayat tersebut di atas adalah hidayatuddilalah.

2. Sisi atau arti lain dari hidayah adalah “taufiq”.

Hidayah ini disebut juga dengan nama hidayatuttaufiqiyah. Tanpa hidayah ini, maka hidayatul’ilmiyyah atau hidayatuddilalah, tidak ada gunanya sama sekali.

Hidayatuttaufiqiyah datang dan diminta langsung dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala, tidak melalui perantara siapapun juga. Hidayah ini dimulai dari berimannya seseorang, kemudian mencakup:

a. Kemauan dan kemampuan untuk belajar ilmu yang benar.

b. Mendapatkan guru atau sumber untuk belajar ilmu yang benar.

c. Mempelajari ilmu tersebut.

d. Memahami apa yang dipelajari.

e. Menerima apa yang telah dipahami.

f. Menerapkan dan mengamalkan apa-apa yang diterima.

g. Keikhlasan untuk meniti semua hal tersebut diatas.

h. Ittiba’ (pengikutan) kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wassalam dalam pemahaman dan pengamalan.

Dikarenakan ajaran-ajaran Islam terlalu luas dan trik-trik atau tipu daya penyesatan dari Iblis dan bala tentaranya pun terlalu banyak, maka jika kita menghendaki agar kita selalu berada dalam keislaman dan tetap dapat mempertahankan prestasi-prestasi keislaman (kebaikan atau amal perbuatan taat) yang sudah kita miliki, juga bila kita ingin selamat dari trik-trik penyesatan dari setan di setiap waktu, maka kita pun membutuhkan hidayah dengan kedua sisi dan seluruh cakupannya seumur hidup kita.

Dengan demikian jelaslah mengapa kita harus selalu memohon dan berusaha untuk mendapatkan hidayah menuju shirathalmustaqim secara terus menerus.

y7¨RÎ) Ÿw ÏöksE ô`tB |Mö6t7ômr& £`Å3»s9ur ©!$# Ïöku `tB âä!$t±o 4 uqèdur ãNn=÷ær& šúïÏtFôgßJø9$$Î/

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima hidayah (petunjuk).” [QS. al-Qoshosh (28): 56]

Yang dimaksud hidayah dalam ayat di atas adalah hidayatuttaufiqiyah yang hanya Alloh Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang bisa memberikannya.

Cara Mendapatkan Hidayah Menuju Shirathalmustaqim

1. Memohon kedua sisi hidayah tersebut dari yang memilikinya secara mutlak.

Kita harus terus menerus memohon hidayah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam sholat maupun di luar sholat, karena hanya Dia-lah yang sanggup memberikannya kepada kita dalam bentuk yang sempurna dan berguna.

ª!$#ur Ïôgtƒ `tB âä!$t±o 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ ?LìÉ)tGó¡B

“…Dan Alloh selalu memberi hidayah (petunjuk) orang yang dikehendaki-Nya kepada shirathalmustaqim (jalan yang lurus).” [QS. al-Baqoroh (2): 213]

Dalam hadits qudsi, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Aku beri hidayah (petunjuk), maka hendaklah kalian meminta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.” (HR. Muslim)

2. Belajar dan beramal.

Setiap orang yang bermujaahadah (bersungguh-sungguh) diri untuk mempelajari ilmu yang diberikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada para Rosul-Nya dengan ikhlas dan mengamalkan apa-apa yang dipelajarinya, maka akan dibukakan untuknya pintu-pintu ilmu yang belum diketahuinya. Ketika mengamalkan ilmu baru tersebut, maka diberikan lagi baginya ilmu-ilmu yang belum pernah diketahuinya, demikian seterusnya.

z`ƒÏ%©!$#ur (#rßyg»y_ $uZŠÏù öNåk¨]tƒÏöks]s9 $uZn=ç7ß 4 ¨bÎ)ur ©!$# yìyJs9 tûüÏZÅ¡ósßJø9$#

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” [QS. al-‘Ankabuut (29): 69]

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir rohimahulloh berkata:

“Yaitu orang-orang yang mengamalkan apa-apa yang diketahuinya, maka Alloh akan menunjuki mereka ilmu-ilmu yang belum mereka ketahui.”

3. Bertakwa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Selama seorang muslim memegang teguh perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan mentaati-Nya serta menjauhi dan menghindari larangan-Nya, selama itu pula Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan memberi hidayah kepada hatinya, dan menganugerahinya cahaya yang akan meneranginya saat ia berjalan dalam kegelapan.

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# (#qãZÏB#uäur ¾Ï&Î!qßtÎ/ öNä3Ï?÷sムÈû÷,s#øÿÏ. `ÏB ¾ÏmÏGyJôm§ @yèøgsur öNà6©9 #YqçR tbqà±ôJs? ¾ÏmÎ/ öÏÿøótƒur öNä3s9 4 ª!$#ur Öqàÿxî ×LìÏm§

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rosul), bertakwalah kepada Alloh dan berimanlah kepada Rosul-Nya, niscaya Alloh memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua bagian, dan menjadikan untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian. Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. al-Hadiid (57): 28]

$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#qà)­Gs? ©!$# @yèøgs öNä3©9 $ZR$s%öèù öÏeÿs3ãƒur öNà6Ztã öNä3Ï?$t«Íhy öÏÿøótƒur öNä3s9 3 ª!$#ur rèŒ È@ôÒxÿø9$# ÉOŠÏàyèø9$#

“Hai orang-orang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Alloh, niscaya Kami akan memberikan kepada kalian Furqon. dan Kami akan jauhkan diri kalian dari kesalahan-kesalahan kalian, dan mengampuni (dosa-dosa) kalian. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar.” [QS. al-Anfaal (8): 29]

Catatan: Furqon adalah kemampuan untuk mengenal dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan, dan ini adalah inti dari hidayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar